TRADISI DAN AMALIYAH NU
أحمد زبيدى
ما راه المسلمون حسنا فهو عند الله حسن (رواه مالك)
“ Apa yang dilihat orang
Muslim baik, maka hal itu baik di sisi Allah”(HR. Malik)
Sejarah diterimanya kehadiran Islam di Nusantara dengan kondisi keagamaan
masyarakat yang menganut paham animisme (Hindu, Budha), tidak bisa dilepaskan
dari cara-cara dan model pendekatan dakwah para mubaligh Islam kala itu yang
ramah dan bersedia menghargai kearifan budaya dan tradisi lokal. Sebuah
pendekatan dakwah yang terbuka dan tidak antipati terhadap nilai-nilai normatif
diluar Islam, melainkan mengakulturasikanya dengan membenahi penyimpangan
didalamnya dan memasukan ruh-ruh keIslaman kedalam subtansinya. Maka lumrah
jika kemudian corak amaliyah dan ritualitas Muslim Nusantara khususnya Jawa,
kita saksikan begitu kental diwarnai dengan tradisi dan budaya khas lokal,
seperti ritual selamatan, kenduri dan lain-lain.
Amaliyah dan ritual-ritual keagamaan
yang bercorak budaya lokal dengan segala kekhasan tradisinya seperti itu,
sampai kini tetap dilestarikan oleh Muslim Nusantara khususnya kaum Nahdliyin.
Amaliyah keagamaan seperti itu tetap dipertahankan karena kaum nahdliyin
meyakini bahwa ritual-ritual dan amaliyah yang bercorak lokal tersebut hanyalah
sebatas teknis atau bentuk luaran saja, sedangkan yang menjadi subtansi di dalamnya
murni ajaran-ajaran Islam. Dengan kata lain, ritual-ritual yang bercorak
tradisi lokal hanyalah bungkus luar, sedangkan isinya adalah nilai-nilai ibadah
yang diajarkan oleh Islam.
Sebagai contoh, ritual selamatan
atau kenduri yang dilakukan dengan seremonial pada waktu-waktu tertentu sesuai
dengan kebiasaan lokal yang berlaku, didalamnya diisi dengan ibadah-ibadah yang
dianjurkan Islam seperti bersedekah, dzikir, berdo`a, membaca Al Qur`an dan
lain sebagainya. Mengenai seremonial atau penentuan waktu tersebut, tidak lebih
hanyalah kemasan luar sebagai bentuk penyesuaian dengan teknis dan kebiasaan
yang berlaku ditengah masyarakat dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
Dalam pandangan kaum Nahdliyin kehadiran
islam yang dibawa oleh Rosulullah SAW. Bukanlah untuk menolak tradisi yang
telah berlaku dan mengakar menjadi kultur kebudayaan masyarakat, melainkan
sekedar untuk melakukan pembenahan dan pelurusan terhadap tradisi dan budaya
yang tidak sesuai dengan risalah Rosulullah. Budaya lokal yang mapan menjadi
nilai normatif masyarakat dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam, maka
Islam akan mengakulturasikanya bahkan mengakuinya sebagai bagian dari budaya
dan tradisi Islam itu sendiri.
Kendati demikian amaliyah dan ritual
keagamaan kaum nahdliyin seperti itu sering mengobsesi sebagian pihak untuk
menganggapnya sebagai praktek-praktek mistisme, Khurafat, Bid`ah bahkan syirik.
Anggapan demikian sebenarnya lebih
merupakan subyektivitas akibat terjebak dalam pemahaman Islam yang sempit dan
dangkal serta tidak benar-benar memahami hakekat amaliyah dan ritual kaum
Nahdliyin tersebut. Pihak-pihak yang seperti itu, wajar apabila kemudian dengan
mudah melontarkan tuduhan bid`ah atau syirik terhadap amaliyah dan ritualitas
kaum Nahdliyin, seperti tahlilan, maulid Nabi, Manakib, Ziarah kubur dan
amaliyah-amaliyah lainya.
Tuduhan-tuduhan bid`ah seperti itu sangat tidak berdasar
secara dalil maupun ilmiah dan lebih merupakan sikap yang ncerminkan
kedangkalan pemahaman keislaman. Adapun hadis yang menyatakan: setiap bid`ah
adalah sesat ”Harus dibaca dan diproporsikan hanya dalam konteks ritual ibadah
yang sama sekali tidak memiliki dasar hukum baik berupa dalil khusus ataupun
dalil umum”.
A. BID`AH
البدعة فعل ما لم يعهد فى عصر رسول الله
“Bid`ah adalah mengerjakan sesuatu yang tidak
pernah dikerjakan di zaman Rosulullah”
Cakupan bid`ah sangat luas sekali meliputi semua perbuatan yang tidak
pernah ada dizaman Nabi, oleh karena itu
sebagian ulama membagi lima macam.
1. Bid`ah wajibah
Yakni bid`ah yang dilakukan untuk mewujudkan
hal-hal yang wajib oleh syari` seperti mempelajari nahwu, shorof, balaghoh,
dll. Sebab hanya dengan ilmu tersebut seseoran dapat memahami Al qur`an dan
hadis secara sempurna.
2. Bid`ah Mandubah
Yakni segala sesuatu yang baik, tapi tidak pernah dilakukan pada masa
Rosulullah, seperti sholat tarawih 20 rakaat berjama`ah sebulan penuh yang
dicetuskan oleh sahabat umar, pembukuan Al qur`an oleh sahabat Abu Bakar,
Modifikasi yang dilakukan oleh sahanat Usman dengan memberi tambahan adzan
sebelum Khutbah, penulisan, pemberian harokat, nomor surat dalam Al qur`an oleh
sahabat Usman, mendirikan Madrasah, Pesantren dll.
3. Bid`ah Mubahah
Seperti berjabat tangan setelah sholat, memakai batik, sarung dan kopiah.
4. Bid`ah makruhah
Seperti menghiasi Masjid dengan hiasan yang berlebihan.
5. Bid`ah Muharomah
Yakni bid`ah yang bertentangan dengan syara`
(Al Qur`an Hadis) seperti faham jabariyah, qodariyah, ahmadiyah dll.
Bila
semua bid`ah adalah sesat, maka sebagian amalan-amalan para sahabat serta para
ulama yang belum pernah dilakukan oleh Nabi adalah dholalah (haram), padahal
sahabat Umar melaksanakan sholat tarawih 20 rakaat berjama`ah ketika itu beliau
sendiri berkata:
نعمت البدعة هذه
(رواه البخاري ومالك فى موطأ)
“ Sebaik-baik bid`ah adalah ini (yakni
sholat tarawih dengan berjama`ah)” (HR. Al Bukhori & Malik).
Dan masih banyak lagi contoh-contoh yang lain, kalau semua masalah baru
tersebut dianggap sesat, maka akan tertutup pintu jihad para ulama tapi
Alhamdulillah pikiran dan akidah seorang muslim tidak sedangkal itu.
B. AMALIYAH DAN DALIL-DALILNYA
1. Tawassul
Tawassul adalah perantara, Syaikh Jamil
Affandi menjelaskan bahwa yang dimaksud tawassul dengan para Nabi dan
orang-orang Shaleh ialah menjadikan mereka menjadikan sebab dan perantara dalam
memohon kepada Allah untuk mencapai tujuan. Pada hakikaynya Allahhlah pelaku
yang sebenarnya (yang mengabulkan do`a). Sebagai contoh pisau tidak mempunyai
kemampuan memotog dari dirinya sendiri karena pemotong yang sebenarnya adalah
Allah dan pisau hanya sebagai penyebab yang alamiah (berpotensi untuk memotong)
Dalil Tawassul:
يا ايها الذين أمنوا اتقواالله وابتغوااليه الوسيلة و جاهدوا فى سبيله لعلكم
تفلحون (المائدة : 35)
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah
kepada Allah dan carilah sebuah perantara untuk sampai kepada Allah berjihadlah
kamu dijalanya mudah-mudahan kamu mendapat keuntungan”. (Al Maidah 35)
Sahabat Umar ketika melakukan sholat Istisqo`
juga melakukan tawassul
أن عمر بن الخطاب ر.ض. كان إذا قحطوا استسقى بالعباس بن عبد المطالب فقال
اللهم انا كنا نتوسل اليك بنبينا فتسقين وإنا نتوسل إليك بعم نبينا فاسقنا فيسقون
(رواه البخارى)
“ Dari anas bi Malik beliau berkata, Apabila
trjadi kemarau sahabat Umar bertawassul dengan Abbas bin Abdul Mutholib,
kemudian berdo`a “ YA Allah kami pernah berdo`a dan bertawassul kepadaMu dengan Nabi
kami maka Engkau turunkan hujan. dan sekarang kami bertawassul dengan paman
Nabi kami, maka turunkanlah hujan” Anas berkata “Maka turunlah hujan kepada
kami” (HR. Al Bukhori)
2. Dzikir
berjama`ah
Membaca dzikir dengan berjama`ah sehabis
menunaikan sholat maupun dalam momen tertentu, seperti istighotsah, Tahlilan
adalah perbuatan yang tidak bertentangan dengan ajaran Agama bahkan termasuk
perbuatan yang dituntun oleh Agama.
Dalilnya:
فاذكروني
اذكركم (البقرة : 152)
“Ingatlah (berdzikirlah) kamu semua kepadaKu
niscaya Aku ingat kepadamu” (Al Baqoroh 152)
لا يقعد قوم يذكرون الله عز وجل إلا حفتهم الملائكة وغشيتهم الرحمة ونزلت
عليهم السكينة وذكرهم الله فيمن عنده (رواه مسلم)
“Tidaklah sekelompok orang yang duduk
berdzikir kepada Allah kecuali mereka dikerumuni malaikat, diliputi rahmat dan
ketentraman turun kepada mereka, serta Allah akan menyebu-nyebut mereka kepada
para Malaikat disisinya” (HR. Muslim)
3. Ziarah
kubur
Pada masa awal Islam Nabi melarang umat Islam
melakukan ziarah kubur karena khawatir umat Islam akan menjadi penyembah kuburan.
Setelah akidah umat Islam kuat dan tidak ada kekhawatiran untuk berbuat syirik
Nabi membolehkan para sahabatnya untuk melakukan ziarah kubur.
Rosulullah bersabda:
قال رسول الله
صلى الله عليه وسلم إنى كنت نهيتكم عن زيارة القبور ألا فزوروها فإنها تزهد فى
الدنيا وتذكر الأخرة (رواه إبن ماجه)
Rosulullah SAW bersabda, “ sesungguhnya aku
pernah melarang kalian berziarah kubur. Ingatlah, maka berziarahlah kekubur
karena sesungguhnya hal itu dapat menjadikan sikap zuhud di dunia dan dapat
mengingatkan kepada akhirat”. (HR. Ibnu Majjah)
4. Merayakan
maulid Nabi
Sebagai seorang mukmin pengungkapan rasa
syukur dan kegembiraan atas nikmat yang diterima adalah suatu keharusan begitu
pula dengan kelahiran seseorang kealam dunia merupakan nikmat tidak terhingga yang
harus disyukuri. Sebagaimana mensyukuri hari kelahiran Nabi dengan berpuasa.
Dalam sebuah hadis diriwayatkan
عن ابي قتادة الأتصارى ر.ض. أن رسول الله صلى الله عليه وسلم سئل عن صوم
الإثنين فقال فيه ولدت وفيه أنزل علي (رواه مسلم)
Diriwayatkan oleh Abu Qotadah Al Anshori,
bahwa Rosulullah pernah ditanya tentang puasa senin maka beliau menjawa, “pada
hari itulah aku dilahirkan dan wahyu diturunkan kepadaku”. (HR. Muslim)
5. Berzanzen,
Dziba`an, Burdahan, Manaqiban
Dalilnya
وقد ورد في الأثر عن سيد البشر صلى الله عليه وسلم أنه قال من ورح مؤمنا
فكأنما احياه ومن قرأ تاريخه فكأنما زاره ومن زاره فقد استوجب رضوان الله فى حرور
الجنة وحق على المرء أن يكرم زائره.
Terdapat dalam sebuah atsar dari gustinya
manusia saw. Sesungguhnya beliau bersabda, “Barang siapa membuat (menulis
biografi seorang mukmin maka ia seperti menghidupkanya kembali dan barang siapa
membaca sejarahnya maka seolah-olah ia mengunjunginya dan barang siapa
mengunjunginya maka ia berhak mendapatkan ridho Allah dalam surga dan sudah
seharusnya bagi seseorang memuliakan orang yang menziarahinya”.
6. Tahlilan
Berkumpul untuk melakukan tahlilan merupakan
tradisi yang telah diamalkan secara turun temurun oleh mayoritas umat Islam
Indonesia. Meskipun format acaranya tidak diajarkan secara langsung oleh Rosulullah
namun kegiatan tersebut dibolehkan karena tidak satupun unsur-unsur yang
terdapat didalamnya bertentangan dengan ajaran Islam, karena itu pelaksanakan
tahlilan secara esensial merupakan perwujudan dari tuntunan Rosulullah.
·
Dalil tahlil di maqbaroh
عن أبي هريرة ر.ض. قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم من دخل المقابر ثم
قرأ فاتحة الكتاب و قل هو الله احد و ألهاكم التكاثر ثم قال إنى جعلت ثواب ما قرأت
من كلامك لأهل المقابر من المؤمنين والمؤمنات كانوا شفعاء له الى الله تعالى
Dari Abi Huroiroh Rosulullah saw. Bersabda, Barang siapa masuk ke pemakaman
kemudian ia membaca surat Al fatikhah, Al ikhlash, Atakatsur lalu ia berdo`a
“sungguh kujadikan pahala membaca kalamu untuk ahli kubur dari kaum mukminin
dan mukminat, maka meraka akan menjadi penolongnya dihadapan Allah”
·
Dalil mengirim pahala kepada mayit
إذا مات أحدكم فلا تحبسوه واسرعوا به الى قبره فاليقرأ عند رأسه بفاتحة الكتاب
وعند رجليه بخاتمة البقرة فى قبره (روا الطبرانى والبيهقى)
Ketika salah satu kalian mati janganlah kalian menahanya dan segeralah
menguburnya dan bacakan dikepalanya permulaan Al qur`an d dikakinya penutup
surat Al baqoroh dikuburnya. (HR. Atabrani dan baihaki)
·
Dalil pahala sedekah untuk mayit
أن رجلا قال للنبي صلى الله عليه وسلم إن ابي مات وترك مالا ولم يوص فهل يكفر
عنه ان اتصدق عنه قال نعم (رواه مسلم)
Sesungguhnya seorang berkata kepada Nabi saw. Sesungguhnya ayahku mati
meninggalkan harta dan tidak berwasiat apakah dapat menghapus dosanya manakala
aku bersedekah untuknya? Nabi bersabda, Ya. (HR. Muslim)
·
Dalil selamatan 7 dan 40 hari kematian
قال طاوس إن الموتى يفتنون فى قبورهم سبعا فكانوا يستحبون أن يطعموا عنهم تلك
الأيام. وعن عبيد بن عمير قال يفتن رجلان مؤمن و منافق فأما المؤمن فيفتن سبعا
وأما المنافق فيفتن اربعين صباحا.
Thowus berkata,
sesungguhnya orang mati mendapatkan fitnah didalam kubur mereka selama 7 hari.
Dan dari Ubaid bin Umair berkata, Dua orang akan mendapatkan fitnah, yakni
oranh mukmin dan orang munafiq. Adapun orang mukmin mendapatkan fitnah selama 7
hari, sedangkan orang munafik mendapatkan fitnah selama 40 hari.
terimaksih banyak ilmunya salam hormat dari saya
BalasHapusDunia Informasi